Jumat, 20 Mei 2016


EDISI DIBUANG SAYANG
BACKDROP ACARA PENTAS TEATER PELAJAR II

Spanduk Ucapan Selamat Datang










Beranda » Kabar » "Melayoe Doeloe" Dalam Karya Seni

KOMUNITAS SENI MUDA BERNAS (KEMAS)-MERANTI.

"Melayoe Doeloe" Dalam Karya Seni

| Minggu, 03 April 2016 11:20 WIB
BERBAGAI kreasi dan kreatifitas dilakukan oleh  para pelaku seni. Kreatifitas tentunya menjadi penanda dalam proses berkesenian. Tak di kota, daerah- daerah hingga sampailah di ceruk-ceruk kampung, aktifitas berkesenian tetap dilaksanakan dengan berbagai konsep yang ditawarkan.

Baru-baru ini, proses kreatif dalam berkesenian itu juga dilakukan Komunitas Seni Muda Bernas (Kemas)-Meranti. Kumpulan genrasi muda yang dibina oleh Berty Asmara ini kembali menggelar karya. Berbeda dari tahun sebelumnya, bentang karya KEMAS di 2016 ini menggelar konsep pertunjukan seni dengan tajuk “Melayoe Doeloe”. Acara digelar di halaman gedung Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kepulauan Meranti, Sabtu (26/3) itu juga dilaksanakan sekaligus bersempena ulang tahun Kemas yang ketiga. 

Berbagai bentuk seni dipertontonkan malam itu di hadapan ratusan warga. Senandung syair sebagai pembuka tampilan. Bait demi bait dilantunkan salah seorang anggota Kemas, seolah menghimpun kebersamaan dalam suara nan merdu. 

Lalu, seseorang muncul di antara ilalang tepat di bawah layar yang menjadi bagian set dekor pertunjukan. Seseorang itu tampaknya berlaku sebagai dukun atau bomo. Kemudian diikuti enam orang datang dari berbagai penjuru.  Suasana magis pun kemudian terasa. Sebuah musikalisasi puisi berjudul “sunyi” karya Matrock, dibawakan. 

Pertunjukan berlangsung tanpa jeda. Semua tampilan ibratakan satu kesatuan adegan yang tak terpisahkan. Tak ketinggalan berikutnya, tari zapin kreasi yang digarap oleh Syamsudin. Tari itu  mengangkat “ancak berarak”, sebuah  tradisi suku Akit dalam melakukan ritual membuang penyakit atau bale. 

Dilanjutkan pula, komposisi musik karya Zulfikar berjudul “Semokel”. Karya musik ini masih mengangkat tentang nilai-nilai kemelayuan. Dilanjutkan  dengan persembahan seni lakon yang berdurasi lebih kurang 20 menit. Lakon tersebut mengisahkan tentang pesan “pantang larang” dalam kehidupan masyarakat Melayu. Pertunjukan ditutup dengan persembahan musikalisasi puisi 

“Tak Sempat Pulang ke Riau”, semua anggota Kemas terlibat dalam pertunjukan yang telah disiapkan enam bulan belakangan bahkan tidak ketinggalan Presiden Kemas, Berty Asmara ikut terlibat memainkan gitar akustik melengkapi pertunjukan malam itu.

Berty selaku Pembina, menyampaikan, apa yang telah digelar di hadapan masyarakat adalah sebuah tindakan nyata dari anggota Kemas dalam hal menularkan seni kepada generasi muda. Sungguh pun demikian, kepada anggota sanggarnya yang rata-rata dalah siswa-siswi, agar selalu mengutamakan pendidikan. Sebab, tanpa pendidikan, apa yang akan dilakukan tidak akan berarti. 

Disadarinya, apa yang dilakukan belumlah apa-apa. Namun semangat yang dimiliki bersama anggotanya selalu menjadi kekuatan untuk terus berkreasi terutama dalam bidang seni. 

“Selalu saya tekankan kepada anggota, agar jangan cepat merasa puas dengan apa yang telah dilakukan, karena masih banyak karya yang harus dibuat. Berkesenian itu membutuhkan intusi yang tajam menerjemahkan alam dan isinya. Butuh pemikiran yang cerdas sehingga bisa dituangkan dalam bentuk karya-karya yang bernas. Tentu saja dalam mengangkat marwah daerah khususnya bidang seni,” ujarnya. 

Berty juga menjelaskan, mulai persiapan sampai pementasan, Kemas menggunakan dana swadaya bahkan patungan dari anggota. Ada yang menarik dari kebersamaan di dalam komunitas yang dibinanya yaitu semangat. Oleh karenanya, segala keterbatasan yang dimiliki tidak menjadi hal yang ditakuti. Yang terpenting itu adalah adanya upaya untuk sama-sama menanamkan kesadaran dalam melestarikan budaya yang dimiliki, mengangkat kearifan lokal dalam bentuk karya seni. 

“Tujuan dilaksanakan Bentang Karya ini, selain menjadi puncak dari latihan yang dilakukan anggota, kami juga ingin memberikan peluang bagi yang ingin bergabung kepada seluruh masyarakat tidak memandang usia. Yang penting cinta dan peduli dengan kesenian yang ada di Kepulauan Meranti, sehingga apa yang kita punya dapat dilestarikan,’’ Ujar Berty.

Ia juga berharap agar nantinya generasi muda di Kepulauan Meranti ini agar tetap melakukan hal-hal positif. Tidak hanya di bidang kesenian tapi juga memiliki pola pikir yang kreatif guna menciptakan daerah yang bisa “bersaing” dengan daerah-daerah lain.

Mengingat perkembangan kesenian yang semakin pesat, seiring dengan itu juga pengaruh globalisasi yang semakin tak terbendung, perlu adanya dukungan dari pihak-pihak terkait agar dapat mendukung kelompok-kelompok seni yang memiliki kemampuan dan pola pikir yang maju guna pencapaian pembangunan khususnya di bidang kesenian. “Ini tentu menjadi harapan bersama bagi pelaku seni di Kabupaten Kepulauan Meranti, mudah-mudahan terwujud,” tutupnya. (jef)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar